Sabtu, 14 September 2013

“ Remaja…Oh Remaja…”
 ( Perkembangan Sosial dan Kognitif Remaja)
oleh : Mey Hariyanti / 12410102

Masih hangat diberitakan di berbagai media kecelakaan maut yang terjadi di tol Jagorawi kilometer 8 arah selatan dari arah Bogor mengarah ke Cibubur  Jakarta Timur pada hari Minggu (8/9/2013) sekitar pukul 00.45. Akibat insiden itu, 7 orang tewas dan belasan lainnya luka(1). Berita tersebut semakin memasnas di media karena penyebab utama kecelakaan maut ini adalah  anak musisi Ahmad Dhani, Abdul Qadir Jaelani ( Dul). Kejadian ini sangat mengejudkan banyak pihak, pasalnya saat itu Dul masih berusia 13 tahun dan belum memiliki SIM. Ahmad Dhani mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak dan dianggap terlalu memanjakan memberi kebebasan penuh anak seumuran Dul yang semestinya masih perlu pengawasan ketat dari orang tua. Kejadian ini tentunya menimbulkan stigma masyarakat terhadap keluarga Ahmad Dhani.

Lain lagi kisah Inun, gadis ( +16 tahun)  yang kerap saya lihat diperempatan Dieng, Malang. Inun dan beberapa teman sebayanya kerap meminta-minta dan mengamen disana, hampir setiap hari, setiap waktu, bahkan di jam-jam sekolah. Saya masih ingat saat beberapa minggu yang lalu kami mengobrol didepan mall IT Dieng. Saat itu (karena penasaran dan iseng) saya dan suami bertanya padanya dimana dia tinggal, apa pekerjaan orang tuanya, dan mengapa dia tidak bersekolah. Inun, gadis kecil berkisah bahwa dia tinggal di  daerah sekitar terminal gadang. Dengan polosnya dia bercerita bahwa orang tuanya juga menjadi peminta-minta,sama seperti dirinya. Inun meninggalkan bangku sekolah sejak duduk di kelas 3 SD, dan setelah itu setiap harinya mulai jam 8 pagi sampai jam 9 siang dia dan teman sebayanya ‘berebut rezeki’ di perempatan jalan raya Dieng. Jelas saya sangat prihatin hanya karena himpitan ekonomi  serang remaja seperti Inun dan teman-temannya harus melupakan bagaimana rasanya mengenyam pendidikan dan hidup dalam lingkungan yang penuh tantangan.
Masih banyak lagi kasus-kasus berkaitan dengan remaja negeri ini. Pergaulan bebas, narkoba, kriminalitas, dan masih banyak lagi. Saat ini, remaja cenderung diidentikkan dengan hal negative melihat semakin banyaknya pergeseran nilai yang di lakukan oleh kebanyakan remaja. Masa remaja sesungguhnya sebuah transisi menuju masa berikutnya, masa yang penuh peluang dan resiko. Masa remaja berada di pertigaan kehidupan antara cinta, pekerjaan dan partisipasi dalam masyarakat dewasa(2). Pada masa ini remaja juga dihadapkan pada pencarian jati diri atau identitas dirinya. Percarian Identitas didefinisikan Erikson sebagai konsepsi tentang diri, penentuan tujuan, nilai dan tujuan yang dipegang teguh oleh seseorang. Pencarian identitas diri menjadi fokus utama remaja dikarenakan perkembangan kognitif remaja memungkinkan mereka untuk mampu memikirkan dan menyusun teori tentang dirinya (Elkind,1999)(3)
Meskipun kognisi remaja berkembang pesat, namun mereka belum memiliki prinsip yang kuat dalam hidup. Konsep sudah dibangun namun belum diperkokoh. Itulah sebabnya mengapa para remaja cenderung mudah terpengaruh oleh orang lain. Keluarga, teman sebaya, dan masyarakat dalam lingkungan akan sangat mempengaruhi pembentukan konseb dan pola pemikiran para remaja.
Contohnya dalam kasus kecelakaan Aldul Qodir Jailani di Tol Jagorawi. Dalam kesehariannya, Dul sudah terbiasa difasilitasi dengan barang-barang mewah, termasuk mobil pribadi. Selain itu Dul sudah terbiasa tinggal dalam lingkungan glamour selebriti dikarenakan kedua orang tuanya adalah public figure. Karena adanya sikap demikian dari orang orang tua dan pengaruh dari  lingkungan Dul yang beranjak remaja pastinya akan merasa memiliki kebebasan penuh pada apa yang dia lakukan dan merasa mendapat dukungan penuh dari keluarga serta lingkungan. Sehingga menghiraukan larangan mengemudi bagi anak-anak (< 17 thn.) dan belum memiliki SIM. Intinya, sikap yang muncul dari remaja merupakan implementasi atas apa yang dia dapat dari lingkungan kelompoknya . Dan perubahan sikap dapat terjadi tergantung pada banyaknya interaksi dengan kelompok intern maupun kelompok ekstern.(4)
Peranan keluarga dan lingkungan sangatlah penting bagi perkembangan social remaja. Hal ini dikarenakan didalam lingkungan keluarga akan terbentuk suatu internalisasi nilai dan norma untuk pertama kalinya, meskipun mungkin nilai dan norma itu dapat bergeser dikarenakan sebab-sebab tertentu.
Perkembangan social remaja juga dipengaruhi oleh status sosio-ekonomi dari keluarga. Seorang peneliti Jerman, Prestel (gerungan) menyatakan “ prestasi anak-anak dari keluarga yang rendah status social-ekonominya pada akhir kelas pertama lebih tinggi daripada prestasi anak-anak dari keluarga yang status-sosio ekonominya tinggi.” Sebuah penelitian lain dari Hetser menyatakan bahwa “ anak-anak dengan latar belakan sosio-ekonomi rendah akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan sebuah tugas pekerjaan baru”(5). Jika saya membandingkan dengan kisah Inun mungkin pernyataan Hetser lebih sesuai. Kehidupan keluarganya dan pergaulannya dengan anak jalanan membuat Inun terbiasa dengan segala tantangan yang dia hadapi sehingga dia akan lebih mampu menyesuaikan diri dibanding anak-anak yang memiliki tingkat ekonomi lebih tinggi. Sejak kecil orang tuanya telah menerapkan internalisasi norma keluarga yang kuat terhadap dirinya. Inun di cetak sebagai pribadi yang mengganggap sekolah tidak ada manfaatnya dibanding kongkow di perempatan lampu merah, mencari uang bersama teman-teman sebayanya. Dari sini terlihat bahwa sebenarnya terdapat kolaborasi (saling mempengaruhi) antara peranan keluarga, lingkungan dan status sosio-ekonomi terhadap perkembangan social para remaja.  
  Permasalahan dan perkembangan remaja merupakan masalah yang kompleks dan seharusnya mendapatkan perhatian yang cukup besar. Remaja saat ini sejatinya adalah pemegang kendali kehidupan negeri ini di masa depan. Jika saat ini saja banyak remaja terlibat ke dalam hal-hal negative, bagaimana untuk kedepannya?  Tentunya diperlukan kerjasama dan kesadaran antara masyarakat dan pemerintah untuk mencetak remaja-remaja yang berkualitas secara intelektual maupun social, selalu memegang nilai dan norma positif dan sehingga tidak mudah goyah menghadapi tantangan zaman. 

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(2)   Papalia,Diane.2008.Human Development.Perdana Media Group. hal 587
(3) Faturrohman,Dr..Pengantar Psikologi social.Pustaka.
(4)   Gerungan,W.A.1986.Psikologi Sosial.Rosda.hal 99,108
(5)   Sarwono,S.W.1995.Teori Psikologi Sosial.Grafindo Persada
 (6)   http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja

4 komentar:

  1. Bagus silahkan dikembangkan cara menulisnya. Konteks psikologi sosialnya diperluas..

    BalasHapus
  2. maaf, ada kalimat yang membuat saya bingung. paragraf ke-2 kalimat ke 4 "saya dan suami bertanya padanya dimana dia tinggal,". yang dimaksud "saya" itu siapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang dimaksud " saya" dalam paragraf ke 2 kalimat ke 4 adalah saya sendiri. Memang pada saat itu saya dan suami saya benar-benar melakukan dialog dengan Inun, gadis yang mengamen di perempatan lampu merah Dieng.
      ,,Terimakasih<<

      Hapus