“Kulit terlihat lebih cantik, 10
tahun lebih muda”
“ Kulit putih bebas jerawat dan noda hitam”
“putih
bersih,bikin lebih PD”
“Kulit gak gelap bikin kamu ganteng maksimal”
Anda tentu sering
mendengar dan melihat slogan itu bukan? Ya, slogan iklan beberapa produk
kosmetika terkenal yang seper sekian detiknya ditayangkan di beberapa stasiun
televisi di Indonesia atau di media massa lainnya. Hampir semua konsep dan
tujuannya sama, membuat kulit hitam menjadi lebih putih, membuat kulit kering
berjerawat menjadi lebih lembut-mulus, membuat kulit yang mulai berkeriput
menjadi kencang terlihat lebih muda. Pada intinya semua iklan kosmetik ingin
memberi kesan bahwa produknya akan memberi perubahan lebih baik dan signifikan
pada penampilan sang pemakai. Beberapa artis terkenal berwajah cantik atau
tampan dengan kulit putih mulus dan bersih bersedia menjadi model produk
kosmetika tersebut. Diantaranya, Tamara blezensky, Laudya Cintya Bella, Ariel
Noah, Donita, Nina Zatulini, Maudy Ayunda, dan masih banyak lagi.
Sebenarnya tidak hanya
iklan kosmetik yang merepresentasikan produknya dengan memajang seblebriti
terkenal. Beberapa iklan barang-barang elektronik, iklan kendaraan bermotor,
iklan perusahaan asuransi, iklan makanan, dan iklan-iklan yang lainnya pun juga
menyewa beberapa artis terkenal yang dirasa bisa berpengaruh pada masyarakat
umum. Artis menjadi icon pemasaran, dan proses keterlibatan icon dalam proses
demikian menjadi sebuah trobosan marketing yang sangat cerdik, walaupun tentunya juga ada banyak pengeluaran biaya untuk menyewa modek-model cantik tersebut.
Akan tetapi, penayangan iklan yang memakan banyak biaya
itupun terbayar impas. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya masyarakat
yang mengalami ketergantungan dalam memakai kosmetik. Penampilan serasa kurang
sempurna, kurang percaya diri tanpa memakai kosmetik. Sekilas kita dapat
menyimpulkan bahwa setbiap iklan, tak terkecuali iklan kosmetik memiliki andil
besar dalam perubahan sikap masyarakat.
Sikap (attitude) merupakan
suatu penilaian (evaluasi) terhadap objek sikap. Manusia dan perilakunya, ide atau
gagasan bisa disebut sebagai objek sikap. Penilaian atau sikap diserepresentasikan
dalam bentuk aksi atau tindakan(DR.W.A. Gerungan DIPL.PHYCH. , Psikologi social
,Eresco bandung 1986 /1). Suatu sikap dapat mengalami perubahan yang disebabkan
oleh factor-faktor tertentu.
Dalam hal penayangan
iklan kosmetik dengan menampilkan selebriti terkenal dapat mengubah sikap
masyarakat terhadap produk kosmetik. Disini yang menjadi kunci utama adalah
‘selebriti terkenal sebagai model iklan’. Dalam persepsi produsen kosmetik,
produknya akan laku/laris apabila brand ambassador/model nya adalah artis
cantik/tampan yang sedang naik daun dan berpenampilan sempurna. Produsen
kosmetik tidak mungkin menjadikan artis pendatang baru yang belum terlalu
dikenal masyarakat, berkulit hitam, apalagi kurang cantik/tampan untuk
dijadikan pelaris produknya. Persepsi produsen kosmetik tersebut dapat
menimbulkan evaluasi (sikap).
Sama halnya dengan
produsen,masyarakat sebagai konsumen pun juga mengalami perubahan sikap
berkenaan dengan pemakaian kosmetik. Sebagai contoh, merk kosmetik X yang ,menjadikan
Tamara Blezensky sebagai brand ambasadornya. Semua orang mengerti bahwa Tamara
adalah artis yang tetap kelihatan cantik pada usia diatas 30 an. Kulit putih
nya kencang tanpa keriput banyak membuat perempuan iri. Ketika Tamara menjadi
bintang iklan kosmetik X, persepsi yang timbul pada seseorang adalah ‘saya akan
menjadi seperti Tamara jika menggunakan kosmetik X’,’banyak orang menyebut
Tamara Blezensky cantik, maka ketika kulit saya putih tampa keriput seperti
Tamara saya juga disebut cantik’ . Persepsi tersebut telah dimiliki banyak
orang yang pada akhirnya dapat merubah penilaian seseorang tentang apa yang
dinamakan cantik. Masyarakat mengalami perubahan yang implicit sebagai akibat
dari penayangan iklan kosmetik tersebut.
Iklan Kosmetik hanyalah
contoh kecil menunjukkan bahwa penayangan iklan menjadi pencetus perubahan
sikap dan perspektif pemikiran masyarakat. Perubahan tersebut bersifat bisa
bersifat implicit maupun eksplisit. Jika perubahan tersebut mengarah pada hal
positif maka patut sekali untuk diapresiasi,namun bagamana jika sebaliknya??