This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 08 Desember 2013

MAGANG; Nilai Lebih dari Kegiatan Mahasiswa

Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang akhir-akhir ini banyak menyita perhatian mahasiswanya, termasuk saya sendiri. Banyak event dan komunitas baru yang dibentuk di dalam fakultas, seperti Komunitas Wirausaha Muda, Out Bound Mega Putih, YCHI Autisme Center, seminar olahraga, dan yang akhir-akhir ini menjadi banyak perbincangan mahasiswanya yaitu Magang Fakultas. Magang merupakan program baru dari fakultas yang diikuti oleh 30 mahasiswanya yang dipilih melalui berbagai macam seleksi, mulai seleksi berkas-berkas sampai seleksi wawancara. Magang sendiri dibagi menjadi dua tugas kelompok, yaitu reporter dan penelitian. Disinilah para peserta terus dituntut untuk menghasilkan karya-karya berupa artikel, berita, sampai pada laporan observasi.

Dan disinilah semua peserta dituntut untuk perfect dalam segala bentuk karya, baik yang kelompok reporter maupun kelompok penelitian. Pembekalanpun juga sudah disampaikan, akan tetapi banyak peserta yang belum punya bekal atau dasaran untuk menulis. Alhasil, muncul berbagai masalah, mungkinkah semua peserta yang notabene berlatar belakang bukan dari golongan jurnalistik ataupun peneliti? Namun semua sadar, inilah tantangannya. Lalu, dengan adanya tuntutan seperti itu, mungkinkah seorang peserta tersebut yang semula tidak bisa menulis menjadi mahir menulis? Dan yang semula tidak suka menulis menjadi suka? Dan yan lebih bagus lagi yang semula bersikap acuh terhadap kasus-kasus populer, kini menjadi pengkritisi tentang kasus-kasus tersebut yang tentunya dijadikan sebuah karya tulis? Semua perubahan sikap tersebut menjadi mungkin ketika adanya kemauan yang kuat dengan diiringi ketrampilan yang terus diasah.

Dalam ranah social psyichologi, untuk mengubah suatu sikap, kita harus ingat bagaimana sikap dengan pola-polanya terbentuk. Sikap  bukanlah diperoleh dari keturunan, tetapi dari pengalaman, linkungan, orang lain, terutama dari pengalaman dramatis yang meninggalkan kesan yang sangat mendalam. Dikarenakan sikap sebagian besar berkaitan dengan emosi, kita lebih mudah mempengaruhinya dengan emosi pula, yaitu dengan pendekatan yang ramah tamah, penuh pengertian (empathy) dan kesabaran.

Jelas sekali penjelasan tersebut, dengan adanya pengalaman dan terus adanya dead line tentang karya tulis, peserta diharapkan menjadi terbiasa dengan kegiatan yang sebelumnya belum pernah ia lakukan. Dengan kata lain, sikap yang sebelumnya kurang suka dengan kegiatan menulis, dengan adanya kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya menuntut dia untuk mengerjakan, maka perubahan sikap kepada yang lebih positif akan perlahan dilakukan. Dan disinilah dapat disimpulkan, bahwa program-program positif dengan tingkat disiplin yang tinggi dan bimbingan yang intens menjadi salah satu media perubahan sikap yang baik. Apresiasi yang tinggi untuk Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang atas segala bentuk kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung berdampak positif bagi mereka-mereka yang menikmatinya.  ^_^

Minggu, 24 November 2013

PenginsPirasi


P. Mahpur??
Siapa beliau?
Iyaa, beliaulah sosok dosen yang aku kagumi. Perawakan sedang dengan penampilan yang sederhana menambah kewibawaannya menjadi dosen Psikologi Sosial di Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Beliaulah dosen dengan sejuta ide-ide kreatif dalam pembelajaran reguler maupun kegiatan-kegiatan ekstra di ruang lingkup fakultas. Di dalam perkuliahan reguler, beliau menggunakan metode baru untuk mengajar, yaitu dengan metode E-Learning. E-Learning merupakan metode pembelajaran dengan memanfaatkan media masa sebagai media pembelajaran. Setiap mahasiswa diwajibkan mempunyai akun facebook, twitter, sampai dengan blog. Media-media jejaring sosial tersebutlah sebagai tempat berkomunikasi, berdiskusi, share pengetahuan, share tugas, sampai dengan penilaian tugas-tugas dari mahasiswanya. Banyak keuntungan yang didapat dengan media pembelajaran seperti ini, tidak perlu janjian untuk bertemu mengerjakan tugas, berdiskusi, ataupun mengumpulkan tugas. Alhasil, pembelajaran lebih menarik dengan ditabahnya tugas menulis setiap minggunya dan diposting dalam blog yang selanjutnya dikritisi oleh seluruh mahasiswa. Menarik, karena selama kuliah di UIN Maliki Malang belum pernah ada dosen yang cara mengajar seperti beliau.

Entah apa yang membuat saya mengagumi beliau, secara tidak langsung beliau telah mempengaruhi sikap atau cara berfikir mahasiswanya. Mulai dengan proyek menulis, pemanfaatan media elektronik sebagai bahan diskusi yang efisien, dan lain sebagainya. Lalu mengapa hal tersebut dapat mempengaruhi cara berfikir sampai kepada cara bersikap pada mahasiswa-mahasiswa yang beliau ajar?? Secara aspek kognisi sebagian besar anak akan memiliki pola fikir yang sesuai dengan lingkungan dan interaksi anggota didalam lingkungannya. Dari sini jelas, lingkungan yang beliau bentuk sudah bisa menjadikan mahasiswanya merubah pola fikir dan sikapnya, terlebih dengan adanya motifasi-motifasi untuk selalu konsisten dalam menulis yang sampai saat ini telah beliau berikan setiap minggunya. Selain itu aspek behavior mengatakan bahwa pengendalian perilaku dikarenakan adanya aturan suatu institusi. Pemberian tugas dan proyek menulis setiap minggunya yang beliau tekankan  pada mahasiswanya menjadi alasan saya memasukkan aspek behavior ini. Aturan yang beliau terapkan dalam perkuliahan untuk menuntut mahasiswanya aktif menulis akan membuat dirinya terbiasa katena terpaksa untuk terus tetap berkreatifitas yang selanjutnya InsyaAllah akan menjadi penulis handal. Dengan adanya serangkaian strategi pembelajaran yang beliau ajarkan tersebut, jelas secara tidak langsung akan mengubah cara berfikir, tingkah laku, atau sikap dari setiap mahasiswa yang diajarnya.
Dari semua itu lah, ketika hari mata kuliah Psikologi Sosial yaitu hari Senin akan datang, semangat untuk kuliah, semangat untuk menulis, dan tentunya semangat untuk update berita-berita terkini sebagai bahan diskusi selalu saya lakukan. Berbekal pengetahuan seadanya dan bekal yang serba ada, tulisan demi tulisan, ide demi ide tertuang dalam karya. Diditulah saya mulai mengalami banyak perubahan sikap, dulunya hanya berangan-angan tentang menulis, tetapi sekarang sudah terjun langsung dengan selalu memposting karya-karya sederhana. Disitulah yang menjadi titik mengapa saya mengagumi beliau, tanpa dorongan beliaulah mungkin sampai sekarang saya hanya mempunyai karya menulis makalah saja, tanpa ada perkembangan. Dan beliau jugalah salah satu dosen yang selalu menghargai karya saya, apalagi dengan sebuah nilai,,haha
Membanggakan ,,
Terimakasih bapak ^-^

M. Mahrus Afif | 12410047
[Tulisan Mingguan]

LATAR BELAKANG

                        “Kulit terlihat lebih cantik, 10 tahun lebih muda”
“ Kulit putih bebas jerawat dan noda hitam”
                        “putih bersih,bikin lebih PD”
“Kulit gak gelap bikin kamu ganteng maksimal”
Anda tentu sering mendengar dan melihat slogan itu bukan? Ya, slogan iklan beberapa produk kosmetika terkenal yang seper sekian detiknya ditayangkan di beberapa stasiun televisi di Indonesia atau di media massa lainnya. Hampir semua konsep dan tujuannya sama, membuat kulit hitam menjadi lebih putih, membuat kulit kering berjerawat menjadi lebih lembut-mulus, membuat kulit yang mulai berkeriput menjadi kencang terlihat lebih muda. Pada intinya semua iklan kosmetik ingin memberi kesan bahwa produknya akan memberi perubahan lebih baik dan signifikan pada penampilan sang pemakai. Beberapa artis terkenal berwajah cantik atau tampan dengan kulit putih mulus dan bersih bersedia menjadi model produk kosmetika tersebut. Diantaranya, Tamara blezensky, Laudya Cintya Bella, Ariel Noah, Donita, Nina Zatulini, Maudy Ayunda, dan masih banyak lagi.
Sebenarnya tidak hanya iklan kosmetik yang merepresentasikan produknya dengan memajang seblebriti terkenal. Beberapa iklan barang-barang elektronik, iklan kendaraan bermotor, iklan perusahaan asuransi, iklan makanan, dan iklan-iklan yang lainnya pun juga menyewa beberapa artis terkenal yang dirasa bisa berpengaruh pada masyarakat umum. Artis menjadi icon pemasaran, dan proses keterlibatan icon dalam proses demikian menjadi sebuah trobosan marketing yang sangat cerdik, walaupun tentunya juga ada banyak pengeluaran biaya untuk menyewa modek-model cantik tersebut.
Akan tetapi, penayangan iklan yang memakan banyak biaya itupun terbayar impas. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengalami ketergantungan dalam memakai kosmetik. Penampilan serasa kurang sempurna, kurang percaya diri tanpa memakai kosmetik. Sekilas kita dapat menyimpulkan bahwa setbiap iklan, tak terkecuali iklan kosmetik memiliki andil besar dalam perubahan sikap masyarakat.
Sikap (attitude) merupakan suatu penilaian (evaluasi) terhadap objek sikap. Manusia dan perilakunya, ide atau gagasan bisa disebut sebagai objek sikap. Penilaian atau sikap diserepresentasikan dalam bentuk aksi atau tindakan(DR.W.A. Gerungan DIPL.PHYCH. , Psikologi social ,Eresco bandung 1986 /1). Suatu sikap dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh factor-faktor tertentu.
Dalam hal penayangan iklan kosmetik dengan menampilkan selebriti terkenal dapat mengubah sikap masyarakat terhadap produk kosmetik. Disini yang menjadi kunci utama adalah ‘selebriti terkenal sebagai model iklan’. Dalam persepsi produsen kosmetik, produknya akan laku/laris apabila brand ambassador/model nya adalah artis cantik/tampan yang sedang naik daun dan berpenampilan sempurna. Produsen kosmetik tidak mungkin menjadikan artis pendatang baru yang belum terlalu dikenal masyarakat, berkulit hitam, apalagi kurang cantik/tampan untuk dijadikan pelaris produknya. Persepsi produsen kosmetik tersebut dapat menimbulkan evaluasi (sikap).
Sama halnya dengan produsen,masyarakat sebagai konsumen pun juga mengalami perubahan sikap berkenaan dengan pemakaian kosmetik. Sebagai contoh, merk kosmetik X yang ,menjadikan Tamara Blezensky sebagai brand ambasadornya. Semua orang mengerti bahwa Tamara adalah artis yang tetap kelihatan cantik pada usia diatas 30 an. Kulit putih nya kencang tanpa keriput banyak membuat perempuan iri. Ketika Tamara menjadi bintang iklan kosmetik X, persepsi yang timbul pada seseorang adalah ‘saya akan menjadi seperti Tamara jika menggunakan kosmetik X’,’banyak orang menyebut Tamara Blezensky cantik, maka ketika kulit saya putih tampa keriput seperti Tamara saya juga disebut cantik’ . Persepsi tersebut telah dimiliki banyak orang yang pada akhirnya dapat merubah penilaian seseorang tentang apa yang dinamakan cantik. Masyarakat mengalami perubahan yang implicit sebagai akibat dari penayangan iklan kosmetik tersebut.
Iklan Kosmetik hanyalah contoh kecil menunjukkan bahwa penayangan iklan menjadi pencetus perubahan sikap dan perspektif pemikiran masyarakat. Perubahan tersebut bersifat bisa bersifat implicit maupun eksplisit. Jika perubahan tersebut mengarah pada hal positif maka patut sekali untuk diapresiasi,namun bagamana jika sebaliknya??

Minggu, 29 September 2013

Televisi Membentuk Muka INDONESIA


     Tayangan sinetron Indonesia akhir-akhir ini sering menghiasi televisi kita. Hampir semua stasiun televisi berlomba-lomba untuk memproduksi sebuah sinetron. Tingkat persaingan antar stasiun televisi pun semakin ketat. Semua orang menikmati serunya sinetron termasuk anak - anak. Faktor yang mendorong lakunya permintaan terhadap tayangan sinetron diantaranya adalah daya tarik cerita dan tokoh cerita yang di gemari. Jam tayang sinetron yang terlalu padat dan isi cerita yang terlalu berlebihan, mengakibat kan dampak yang buruk bagi masyarakat terutama anak-anak yang masih mengalami proses pendewasaan dalam diri mereka. Anak akan meniru karakteristik tokoh – tokoh yang terlibat dalam tayangan sinetron. Anak meniru kata-kata dalam sinetron karena senang dengan gaya tokoh yang ada dalam sinetron. Terlebih disaat zaman syarat dengan teknologi seperti saat ini, televisi tidak hanya dinikmati untuk sekeluarga, akan tetapi tiap individu-pun sudah memiliki sebuah televisi sendiri dan bebas mengakses seluruh tayangan-tayangan yang tersedia tanpa batas dan tanpa pengawasan orang tua.
Banyak acara sinetron yang beralur cerita kurang baik. Seperti kata-kata kasar, mode pakaian yang tidak sopan, serta kisah percintaan yang berlebihan. Walaupun mempunyai dampak buruk, tetapi acara sinetron masih saja tetap tayang, bahkan semakin marak di televisi. Hal ini lah yang menjadi maraknya kasus-kasus amoral yang dilakukan oleh anak-anak atau remaja. Karena dalam benak mereka sudah tertanam model-model kehidupan seperti halnya dalam sinitron-sinitron yang sebagian besar krisis akan moral dan berakibat pada konsumen yang kebanyakan anak-anak atau remaja cenderung meniru adegan-adegan yang disuguhkan dalam sebuah sinetron tersebut.
Mudahnya ­­­­­kepribadian anak terpengaruh dengan tayangan-tayangan televisi tersebut menjadi masalah bagi kita semua. Terlebih apabila acara televisi banyak menampilkan tayangan dari negara luar yang notabene jauh akan nilai-nilai budaya negri kita ini. Lambat laun, efek paling mengerikan adalah hilangnya nilai-nilai moral atau identitas negara Indonesia sendiri dan akan bergeser dengan budaya-budaya dari luar. Sehingga, prediksi awam mengatakan 10-15 tahun kedepan budaya-budaya luhur indonesia akan bergeser menjadi budaya barat yang sekarang banyak digemari oleh anak ataupun remaja yang tentunya melalui tayangan televisi.
Lalu, mengapa dengan mudah masyarakat kita terpengaruh dengan budaya-budaya barat? Masalah ini bukan merupakan faktor bawaan atau herediter akan kesenangan sesaat saja dan langsung terpengaruh dengan budaya negara lain. Akan tetapi merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat, melainkan melalui proses interaksi secara berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari badannya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya.
Lebih lanjut Cooley (Partosuwido, 1992) menyatakan bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai-nilai, sikap, peran, dan identitas dalam hubungan interaksi simbolis antara dirinya dan berbagai kelompok primer tersebut mampu memberikan umpan balik memberikan kepada individu tentang bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya. Dan dalam proses perkembangannya, konsep diri individu dipengaruhi sekaligus terdistorsi oleh penilaian dari orang lain (Sarason, 1972). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan individu menuju kedewasaan sangat dipengaruhi oleh lingkungan asuhnya karena seseorang belajar dari lingkungannya.
        Hal tersebut menjadi sangat jelas, ketika anak-anak yang notabene akan menjadi pembawa "muka" Indonesia kedepan disuguhkan dengan kemodernisasian yang dimanivestasikan dengan tayangan sinitron yang krisis akan nilai moral dan lepas dari pengawasan orang tua. Akibatnya, anak tidak tertanam identitas yang jelas tentang siapa dirinya dan seperti apa lingkungannya. Anak cenderung meniru mentah-mentah apa yang dia lihat dalam sinitron itu yang selanjutnya membentuk karakter dia. Ilustrasi singkat itu dengan jelas disimpulkan bahwa karakter atau tingkah laku anak atau remaja dapat dengan mudah dibentuk atau dipengaruhi hanya dengan nnonton televisi. walaupun kemodernisasi kini menjadi salah satu hal yang wajib diikuti oleh suatu masyarakat, alangkah lebih bijaknya kita bisa memilih mana yang pantas untuk dikonsumsi dan mana yang tidak.



Ditulis Oleh : M. Mahrus Afif
12410047

[Pemenuhan Tugas Individu]


"Berkembang bukan Berubah"
“ Aku pengen jadi kayak  ayah  mbak,” celoteh adik saya saat dia berumur 3 tahun. Beberapa tahun kemudian  (kira-kira saat dia berumur  5 tahunan) adik saya sangat ingin menjadi penyanyi dan artis  karena akan terlihat cantik terkenal dan popoler di kalangan masyarakat. Namun setelah berumur 7 tahun dia mengatakan ingin jadi dokter, dan saya selalu direpotkan dengan mainan ‘dokter-dokter an’ nya yang selalu berantakan di kamar. Saat ini adik saya berumur 12 tahun dan dia memiliki cita-cita yang berbeda lagi, ingin jadi Chef. Hal ini berawal dari hobinya menonton acara-acara memasak di televisi. Dan sejak saat itu pula dia sangat rajin memporakporandakan dapur rumah kami. Meskipun begitu, semua yang dia lakukan, harapan dan cita-citanya  akan menjadi kenangan berharga dalam keluarga saya.
Setiap manusia pasti dilahirkan dengan cita-cita dan harapan akan dirinya, dan pastinya berbeda antar satu dan lainnya. Cita-cita juga tidak selalu statis, akan berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Seperti adik saya yang awalnya ingin menjadi seperti ayah namun saat ini ingin menjadi seorang Chef. Cita-cita yang dimiliki oleh seseorang dapat mencerminkan konsep  diri yang dimiliki. Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image ( kesadaran tentang tubuhnya) yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self   yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Dan ketiga, social self yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Lantas, bagaimana  konsep diri seseorang bisa terbentuk ??  Pada dasarnya konsep diri terbentuk  berdasarkan  presepsi seseorang  tentang sikap orang lain terhadap dirinya.  Pada masa kanak-kanak, timbul suatu pemikiran dan kemampuan untuk merasakan bahwa lingkungan dan orang lain yang akan menentukan siapa diri-nya. Misalnya seorang anak di dalam keluarganya selalu dianggap kurang mampu (kurang pintar), selalu diremehkan dan di olok-olok maka untuk kedepannya anak tersebut akan mempunyai konsep yang sama mengenai dirinya seperti yang dikatakan keluarganya, begitupun juga sebaliknya. Pada saat memasuki tahap remaja, seseorang akan mengalami banyak dalam dirinya termasuk perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini akan menimbulkan sikap yang berubah-ubah pula dari orang lain terhadap dirinya. Hal ini mengakibatkan konsep diri seseorang pada masa remaja cenderung tidak konsisten, namun ke tidak konsistenan itu akan dapat berkembang dan membentuk konsep diri yang konsisten dalam kehidupan selanjudnya.
Konsep Diri tidak mengalami ‘perubahan’ namun ‘perkembangan’. Perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi dengan orang lain. Selain itu perkembangan dan kemajuan zaman juga dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang. Contohnya, seseorang yang hidup di zama penjajahan, berada di lingkungan yang mengancam, perang perebutan kekuasaan, kemiskinan dalam dirinya akan terbentuk suatu pemahaman bahwa dia hidup di dunia ini adalah untuk berjuang sekuat tenaga memerdekaan Indonesia dan menciptakan kesejahteraan. Berbeda dengan masa sekarang, masa yang serba modern, dimana perkembangan tekhnologi begitu pesat dan penuh persaingan yang sangat ketat. Sadar atau tidak, manusia pada  masa ini akan memiliki konsep sebagai seorang yang sedikit demi sedikit mengarah kepada perilaku hedonis.
Konsep Diri menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Kurang bijak rasanya jika kita menganggap lingkungan yang bertanggung jawab pada siapa dan seperti apa diri kita. Setiap manusia memiliki wewenang untuk menentukan. Perlu adanya fondasi yang kuat dalam diri untuk membangun konsep diri yang kuat pula.


Ditulis oleh   Mey Hariyanti (12410102)

Minggu, 22 September 2013

Aspek Psikologi Sosial


          
  Psikologi sosial melibatkan 3 aspek , yaitu aspek ‘kognisi’, ‘afeksi’, dan, ‘behavior’. Dalam aspek kognisi, dijelaskan bagaimana psikologi sosial menjadi fondasi pemikiran seseorang, bagaimana pola fikir dikembangankan dan mengapa dapat terjadi perubahan pemikiran atau pandangan seseorang.
Aspek Afeksi menunjukkan keterlibatan psikologi sosial dalam memunculkan presepsi seseorang terhadap suatu objek (masyarakat/seseorang/kelompok lain) dimana presepsi ini akan menjadi suatu kepercayaan yang melekat dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat.
Sedangkan aspek Behavior  menunjukkan adanya pengaruh psikologi sosial dalam mengatur perilaku seseorang berdasarkan beberapa faktor.
Berikut ini adalah pengelompokan aspek psikologi sosial berdasarkan artikel kelompok IV :
 Aspek Kognisi
-          Sebagian besar anak akan memiliki pola fikir yang sesuai dengan lingkungan dan interaksi anggota didalam lingkungannya

Aspek Afeksi
-          Munculnya stigma karena adanya pergeseran nilai dan norma
Aspek Behavior
-          Pengendalian perilaku dikarenakan adanyaaturan suatu institusi
-          Interaksi antar orangtua dan anak atau pendidik dan peserta didik dalam suatu lingkungan sosial
-          Adanya aturan dan sanksi dalammenentukan perilaku
-          Penanaman perilaku melalui modeling
(
(untuk memenuhui tugas kelompok  senin,16 sep 2013)


Minggu, 15 September 2013

Etika Seseorang Jadi Baik Di Pondok


Pondok Pesantren adalah sebuah tempat dimana santri (orang yang mondok) dapat belajar ilmu agama kepada kyai dengan sungguh-sungguh.Tak hanya belajar agama juga tetapi etika dan moral manusia akan diajarkan disana.Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, di mana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.(1) 

Menurut sejumlah masyarakat, pondok pesantren adalah sebuah tempat dimana seseorang bisa berubah. Maksud dari kata berubah ialah bahwasanya seseorang yang dulunya mempunyai etika yang buruk kemudian setelah lama hidup di pondok pesantren dia mempunyai etika yang baik.Di pondok pesantren seseorang tak hanya dituntut mencari ilmu saja tetapi mereka disana juga belajar masalah etika,hal itulah yang membuat etika mereka menjadi lebih baik.

Kyai merupakan seorang guru dan juga orang tua bagi para santri di pondok pesantren yang mengajarkan perihal agama, tak hanya menjadi guru saja,tetapi Kyai juga menjadi panutan perihal etika bagi para santri. Istilah Kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa, kata Kyai mempunyai makna yang agung, keramat, dan dituahkan. Selain gelar Kyai diberikan kepada seorang laki-laki yang lanjut usia, arif, dan dihormati di Jawa. Gelar Kyai juga diberikan untuk benda-benda yang keramat dan dituahkan, seperti keris dan tombak. Namun demikian pengertian paling luas di Indonesia, sebutan Kyai dimaksudkan untuk para pendiri dan pemimpin pesantren, yang sebagai muslim terhormat telah membaktikan hidupnya untuk Allah SWT serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran serta pandangan Islam melalui pendidikan.(2) Kyai pun tak hanya mengajar para santri saja, kyai juga mengawasi etika dan perilaku para santrinya. Berdasarkan teori, pondok pesantren merupakan tempat untuk mengendalikan,mengawasi perilaku seseorang atau dalam teori disebut pengendalian institusionalPengendalian institusional; yaitu pengaruh yang ditimbulkan dari adanya suatu institusi atau lembaga. Pola perilaku lembaga tersebut tidak hanya mengawasi para anggota lembaga itu saja, akan tetapi juga mengawasi dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar lembaga tersebut berada.(3)

Di pondok pesantren seseorang dikendalikan oleh aturan-aturan yang dibuat oleh pemimpinya yaitu Kyai. Mereka para santri wajib mematuhi peraturan yang ada di pondok pesantren. Ketika ada seorang santri yang melanggar peraturan tersebut maka dia akan dikenai sanksi dengan apa yang dia lakukan. Semisal seorang santri yang tidak mengikuti pengajian kyai dan ketahuan dia akan di hukum untuk membaca al-quran atau kalau tidak disuruh membersihkan kamar mandi santri. Ketika seorang santri melakukan pelanggaran yang berat maka santri tersebut bisa dikeluarkan dari pondok. Biasanya para santri tidak akan melanggar aturan tersebut karena hukuman-hukumannya yang berat melainkan para santri takut kalau ilmunya tidak akan manfaat suatu hari nanti karena tidak dirihoi oleh Kyainya. Disamping seorang santri mematuhi peraturan-peraturan,mereka juga meniru etika dan perilaku Kyai karena Kyai adalah sosok yang idola bagi para santri. Hal itu kalau dalam teori psikologi disebut ModellingModeling atau peniruan merupakan "the direct, mechanical reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis (Baran & Davis, 2000: 184).(4) 
Mereka meniru etika dan perilaku Kyai juga karena mereka menganggap apa yang dilakukan Kyai adalah baik menurut agama dan baik menurut masyarakat. 

Para santri biasanya pergi mondok karena disuruh oleh orangtua mereka. Mereka disuruh oleh orangtua mereka karena banyak motif. Ada orangtua yang ingin memondokan anak-anaknya agar anaknya mendalami ilmu agama dan juga ada yang ingin agar anak-anaknya memiliki etika yang lebih baik ketimbang anak-anak yang tidak mondok. Anak-anak yang tidak mondok sangat berbeda dari pada anak-anak yang mondok. Entah itu masalah keilmuan atau masalah etika. Dizaman globalisasi ini sangat banyak anak-anak yang memiliki etika yang buruk karena mereka tidak diajarkan ilmu agama dan etika yang baik sejak dini. Dan mereka jarang sekali memiliki seorang panutan yang baik menurut masyarakat dan baik menurut agama bagi kehidupan mereka. Biasanya panutan anak-anak zaman sekarang kalau enggak para artis ya pemain sepak bola. Itulah perbedaan antara anak yang mondok dan anak yang tidak mondok. Oleh karena itulah para orangtua lebih memilih memondokan anak mereka ketimbang membiarkan mereka dirumah dan bermain bersama teman-temannya.

Etika seseorang yang buruk bisa berubah menjadi baik karena di pondok. Etika atau pun sikap bukanlah sebuah bawaan tetapi etika tercipta karena seseorang berinteraksi dengan lingkungan mereka. Faktor-faktor etika dan sikap seseorang bisa berubah adalah karena lingkungan. Pondok merupakan salah satu faktor tersebut. Pondok adalah sebuah institusi atau lembaga pendidikan agama. Institusi berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.(5) 

Oleh sebab itu khususnya untuk orangtua kalau ingin anak-anaknya mempunyai etika yang baik, saya sarankan untuk memondokkanya.