Minggu, 29 September 2013


"Berkembang bukan Berubah"
“ Aku pengen jadi kayak  ayah  mbak,” celoteh adik saya saat dia berumur 3 tahun. Beberapa tahun kemudian  (kira-kira saat dia berumur  5 tahunan) adik saya sangat ingin menjadi penyanyi dan artis  karena akan terlihat cantik terkenal dan popoler di kalangan masyarakat. Namun setelah berumur 7 tahun dia mengatakan ingin jadi dokter, dan saya selalu direpotkan dengan mainan ‘dokter-dokter an’ nya yang selalu berantakan di kamar. Saat ini adik saya berumur 12 tahun dan dia memiliki cita-cita yang berbeda lagi, ingin jadi Chef. Hal ini berawal dari hobinya menonton acara-acara memasak di televisi. Dan sejak saat itu pula dia sangat rajin memporakporandakan dapur rumah kami. Meskipun begitu, semua yang dia lakukan, harapan dan cita-citanya  akan menjadi kenangan berharga dalam keluarga saya.
Setiap manusia pasti dilahirkan dengan cita-cita dan harapan akan dirinya, dan pastinya berbeda antar satu dan lainnya. Cita-cita juga tidak selalu statis, akan berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Seperti adik saya yang awalnya ingin menjadi seperti ayah namun saat ini ingin menjadi seorang Chef. Cita-cita yang dimiliki oleh seseorang dapat mencerminkan konsep  diri yang dimiliki. Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image ( kesadaran tentang tubuhnya) yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self   yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Dan ketiga, social self yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Lantas, bagaimana  konsep diri seseorang bisa terbentuk ??  Pada dasarnya konsep diri terbentuk  berdasarkan  presepsi seseorang  tentang sikap orang lain terhadap dirinya.  Pada masa kanak-kanak, timbul suatu pemikiran dan kemampuan untuk merasakan bahwa lingkungan dan orang lain yang akan menentukan siapa diri-nya. Misalnya seorang anak di dalam keluarganya selalu dianggap kurang mampu (kurang pintar), selalu diremehkan dan di olok-olok maka untuk kedepannya anak tersebut akan mempunyai konsep yang sama mengenai dirinya seperti yang dikatakan keluarganya, begitupun juga sebaliknya. Pada saat memasuki tahap remaja, seseorang akan mengalami banyak dalam dirinya termasuk perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini akan menimbulkan sikap yang berubah-ubah pula dari orang lain terhadap dirinya. Hal ini mengakibatkan konsep diri seseorang pada masa remaja cenderung tidak konsisten, namun ke tidak konsistenan itu akan dapat berkembang dan membentuk konsep diri yang konsisten dalam kehidupan selanjudnya.
Konsep Diri tidak mengalami ‘perubahan’ namun ‘perkembangan’. Perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi dengan orang lain. Selain itu perkembangan dan kemajuan zaman juga dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang. Contohnya, seseorang yang hidup di zama penjajahan, berada di lingkungan yang mengancam, perang perebutan kekuasaan, kemiskinan dalam dirinya akan terbentuk suatu pemahaman bahwa dia hidup di dunia ini adalah untuk berjuang sekuat tenaga memerdekaan Indonesia dan menciptakan kesejahteraan. Berbeda dengan masa sekarang, masa yang serba modern, dimana perkembangan tekhnologi begitu pesat dan penuh persaingan yang sangat ketat. Sadar atau tidak, manusia pada  masa ini akan memiliki konsep sebagai seorang yang sedikit demi sedikit mengarah kepada perilaku hedonis.
Konsep Diri menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Kurang bijak rasanya jika kita menganggap lingkungan yang bertanggung jawab pada siapa dan seperti apa diri kita. Setiap manusia memiliki wewenang untuk menentukan. Perlu adanya fondasi yang kuat dalam diri untuk membangun konsep diri yang kuat pula.


Ditulis oleh   Mey Hariyanti (12410102)

0 komentar:

Posting Komentar