"Berkembang bukan Berubah"
“
Aku pengen jadi kayak ayah mbak,” celoteh adik saya saat dia berumur 3
tahun. Beberapa tahun kemudian (kira-kira
saat dia berumur 5 tahunan) adik saya
sangat ingin menjadi penyanyi dan artis karena akan terlihat cantik terkenal dan
popoler di kalangan masyarakat. Namun setelah berumur 7 tahun dia mengatakan
ingin jadi dokter, dan saya selalu direpotkan dengan mainan ‘dokter-dokter an’
nya yang selalu berantakan di kamar. Saat ini adik saya berumur 12 tahun dan
dia memiliki cita-cita yang berbeda lagi, ingin jadi Chef. Hal ini berawal dari
hobinya menonton acara-acara memasak di televisi. Dan sejak saat itu pula dia
sangat rajin memporakporandakan dapur rumah kami. Meskipun begitu, semua yang
dia lakukan, harapan dan cita-citanya akan menjadi kenangan berharga dalam keluarga
saya.
Setiap
manusia pasti dilahirkan dengan cita-cita dan harapan akan dirinya, dan
pastinya berbeda antar satu dan lainnya. Cita-cita juga tidak selalu statis,
akan berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Seperti adik
saya yang awalnya ingin menjadi seperti ayah namun saat ini ingin menjadi
seorang Chef. Cita-cita yang dimiliki oleh seseorang dapat mencerminkan
konsep diri yang dimiliki. Atwater
(1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan
nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater
mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image (
kesadaran tentang tubuhnya) yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri.
Kedua, ideal self yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan
seseorang mengenai dirinya. Dan ketiga, social self yaitu bagaimana
orang lain melihat dirinya.
Lantas,
bagaimana konsep diri seseorang bisa terbentuk
?? Pada dasarnya konsep diri terbentuk berdasarkan
presepsi seseorang tentang sikap
orang lain terhadap dirinya. Pada masa
kanak-kanak, timbul suatu pemikiran dan kemampuan untuk merasakan bahwa
lingkungan dan orang lain yang akan menentukan siapa diri-nya. Misalnya seorang
anak di dalam keluarganya selalu dianggap kurang mampu (kurang pintar), selalu
diremehkan dan di olok-olok maka untuk kedepannya anak tersebut akan mempunyai
konsep yang sama mengenai dirinya seperti yang dikatakan keluarganya, begitupun
juga sebaliknya. Pada saat memasuki tahap remaja, seseorang akan mengalami
banyak dalam dirinya termasuk perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku
ini akan menimbulkan sikap yang berubah-ubah pula dari orang lain terhadap
dirinya. Hal ini mengakibatkan konsep diri seseorang pada masa remaja cenderung
tidak konsisten, namun ke tidak konsistenan itu akan dapat berkembang dan
membentuk konsep diri yang konsisten dalam kehidupan selanjudnya.
Konsep
Diri tidak mengalami ‘perubahan’ namun ‘perkembangan’. Perkembangan konsep diri
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi dengan orang lain. Selain
itu perkembangan dan kemajuan zaman juga dapat mempengaruhi perkembangan konsep
diri seseorang. Contohnya, seseorang yang hidup di zama penjajahan, berada di
lingkungan yang mengancam, perang perebutan kekuasaan, kemiskinan dalam dirinya
akan terbentuk suatu pemahaman bahwa dia hidup di dunia ini adalah untuk berjuang
sekuat tenaga memerdekaan Indonesia dan menciptakan kesejahteraan. Berbeda
dengan masa sekarang, masa yang serba modern, dimana perkembangan tekhnologi
begitu pesat dan penuh persaingan yang sangat ketat. Sadar atau tidak, manusia
pada masa ini akan memiliki konsep
sebagai seorang yang sedikit demi sedikit mengarah kepada perilaku hedonis.
Konsep
Diri menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Kurang bijak rasanya jika kita
menganggap lingkungan yang bertanggung jawab pada siapa dan seperti apa diri
kita. Setiap manusia memiliki wewenang untuk menentukan. Perlu adanya fondasi
yang kuat dalam diri untuk membangun konsep diri yang kuat pula.
Ditulis oleh Mey Hariyanti (12410102)
0 komentar:
Posting Komentar