“ Remaja…Oh Remaja…”
( Perkembangan Sosial
dan Kognitif Remaja)
oleh : Mey Hariyanti / 12410102
Masih
hangat diberitakan di berbagai media kecelakaan maut yang terjadi
di tol Jagorawi kilometer 8 arah selatan dari arah Bogor mengarah ke Cibubur Jakarta Timur pada hari Minggu (8/9/2013) sekitar
pukul 00.45. Akibat
insiden itu, 7 orang tewas dan belasan lainnya luka(1). Berita tersebut
semakin memasnas di media karena penyebab utama kecelakaan maut ini adalah anak musisi Ahmad Dhani, Abdul Qadir Jaelani (
Dul). Kejadian ini sangat mengejudkan banyak pihak, pasalnya saat itu Dul masih
berusia 13 tahun dan belum memiliki SIM. Ahmad Dhani mendapat banyak kecaman
dari berbagai pihak dan dianggap terlalu memanjakan memberi kebebasan penuh
anak seumuran Dul yang semestinya masih perlu pengawasan ketat dari orang tua.
Kejadian ini tentunya menimbulkan stigma masyarakat terhadap keluarga Ahmad
Dhani.
|
|
Lain lagi kisah Inun, gadis ( +16
tahun) yang kerap saya lihat
diperempatan Dieng, Malang. Inun dan beberapa teman sebayanya kerap
meminta-minta dan mengamen disana, hampir setiap hari, setiap waktu, bahkan di
jam-jam sekolah. Saya masih ingat saat beberapa minggu yang lalu kami mengobrol
didepan mall IT Dieng. Saat itu (karena penasaran dan iseng) saya dan suami
bertanya padanya dimana dia tinggal, apa pekerjaan orang tuanya, dan mengapa
dia tidak bersekolah. Inun, gadis kecil berkisah bahwa dia tinggal di daerah sekitar terminal gadang. Dengan
polosnya dia bercerita bahwa orang tuanya juga menjadi peminta-minta,sama
seperti dirinya. Inun meninggalkan bangku sekolah sejak duduk di kelas 3 SD,
dan setelah itu setiap harinya mulai jam 8 pagi sampai jam 9 siang dia dan
teman sebayanya ‘berebut rezeki’ di perempatan jalan raya Dieng. Jelas saya sangat
prihatin hanya karena himpitan ekonomi serang remaja seperti Inun dan teman-temannya
harus melupakan bagaimana rasanya mengenyam pendidikan dan hidup dalam
lingkungan yang penuh tantangan.
Masih
banyak lagi kasus-kasus berkaitan dengan remaja negeri ini. Pergaulan bebas,
narkoba, kriminalitas, dan masih banyak lagi. Saat ini, remaja cenderung
diidentikkan dengan hal negative melihat semakin banyaknya pergeseran nilai
yang di lakukan oleh kebanyakan remaja. Masa remaja sesungguhnya sebuah transisi
menuju masa berikutnya, masa yang penuh peluang dan resiko. Masa remaja berada
di pertigaan kehidupan antara cinta, pekerjaan dan partisipasi dalam masyarakat
dewasa(2). Pada masa ini remaja juga dihadapkan pada
pencarian jati diri atau identitas dirinya. Percarian Identitas didefinisikan
Erikson sebagai konsepsi tentang diri, penentuan tujuan, nilai dan tujuan yang
dipegang teguh oleh seseorang. Pencarian identitas diri menjadi fokus utama
remaja dikarenakan perkembangan kognitif remaja memungkinkan mereka untuk mampu
memikirkan dan menyusun teori tentang dirinya (Elkind,1999)(3)
Meskipun kognisi remaja berkembang pesat, namun
mereka belum memiliki prinsip yang kuat dalam hidup. Konsep sudah dibangun
namun belum diperkokoh. Itulah sebabnya mengapa para remaja cenderung mudah
terpengaruh oleh orang lain. Keluarga, teman sebaya, dan masyarakat dalam
lingkungan akan sangat mempengaruhi pembentukan konseb dan pola pemikiran para
remaja.
Contohnya dalam kasus kecelakaan Aldul Qodir Jailani
di Tol Jagorawi. Dalam
kesehariannya, Dul sudah terbiasa difasilitasi dengan barang-barang mewah,
termasuk mobil pribadi. Selain itu Dul sudah terbiasa tinggal dalam lingkungan
glamour selebriti dikarenakan kedua orang tuanya adalah public figure. Karena
adanya sikap demikian dari orang orang tua dan pengaruh dari lingkungan Dul yang beranjak remaja pastinya
akan merasa memiliki kebebasan penuh pada apa yang dia lakukan dan merasa
mendapat dukungan penuh dari keluarga serta lingkungan. Sehingga menghiraukan
larangan mengemudi bagi anak-anak (< 17 thn.) dan belum memiliki SIM.
Intinya, sikap yang muncul dari remaja merupakan implementasi atas apa yang dia
dapat dari lingkungan kelompoknya . Dan perubahan sikap dapat terjadi
tergantung pada banyaknya interaksi dengan kelompok intern maupun kelompok
ekstern.(4)
Peranan
keluarga dan lingkungan sangatlah penting bagi perkembangan social remaja. Hal
ini dikarenakan didalam lingkungan keluarga akan terbentuk suatu internalisasi
nilai dan norma untuk pertama kalinya, meskipun mungkin nilai dan norma itu
dapat bergeser dikarenakan sebab-sebab tertentu.
Perkembangan
social remaja juga dipengaruhi oleh status sosio-ekonomi dari keluarga. Seorang
peneliti Jerman, Prestel (gerungan) menyatakan “ prestasi anak-anak dari
keluarga yang rendah status social-ekonominya pada akhir kelas pertama lebih
tinggi daripada prestasi anak-anak dari keluarga yang status-sosio ekonominya
tinggi.” Sebuah penelitian lain dari Hetser menyatakan bahwa “ anak-anak dengan
latar belakan sosio-ekonomi rendah akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan
sebuah tugas pekerjaan baru”(5). Jika saya membandingkan dengan kisah
Inun mungkin pernyataan Hetser lebih sesuai. Kehidupan keluarganya dan
pergaulannya dengan anak jalanan membuat Inun terbiasa dengan segala tantangan
yang dia hadapi sehingga dia akan lebih mampu menyesuaikan diri dibanding
anak-anak yang memiliki tingkat ekonomi lebih tinggi. Sejak kecil orang tuanya
telah menerapkan internalisasi norma keluarga yang kuat terhadap dirinya. Inun
di cetak sebagai pribadi yang mengganggap sekolah tidak ada manfaatnya
dibanding kongkow di perempatan lampu merah, mencari uang bersama teman-teman
sebayanya. Dari sini terlihat bahwa sebenarnya terdapat kolaborasi (saling
mempengaruhi) antara peranan
keluarga, lingkungan dan status sosio-ekonomi terhadap perkembangan social para
remaja.
Permasalahan
dan perkembangan remaja merupakan masalah yang kompleks dan seharusnya
mendapatkan perhatian yang cukup besar. Remaja saat ini sejatinya adalah
pemegang kendali kehidupan negeri ini di masa depan. Jika saat ini saja banyak
remaja terlibat ke dalam hal-hal negative, bagaimana untuk kedepannya? Tentunya diperlukan kerjasama dan kesadaran
antara masyarakat dan pemerintah untuk mencetak remaja-remaja yang berkualitas
secara intelektual maupun social, selalu memegang nilai dan norma positif dan
sehingga tidak mudah goyah menghadapi tantangan zaman.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(2) Papalia,Diane.2008.Human Development.Perdana Media Group.
hal 587
(3) Faturrohman,Dr..Pengantar Psikologi
social.Pustaka.
(4) Gerungan,W.A.1986.Psikologi Sosial.Rosda.hal 99,108
(5) Sarwono,S.W.1995.Teori Psikologi Sosial.Grafindo Persada
(6) http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja